Banyak
sekali kecelakaan terjadi di Indonesia. Beberapa kejadian menimbulkan korban
jiwa sampai puluhan orang. Contoh terbaru adalah tragedi bus maut Cisarua yang
menewaskan 14 orang. Bukan artinya mengecilkan kejadian tersebut, tetapi yang
sudah-sudah, berita-berita seperti itu kita baca, prihatin sebentar dan 2-3
hari kemudian kita lupakan.
Tetapi
kenapa itu tidak terjadi pada kecelakaan yang terjadi di Tugu Tani? Mengapa
kecelakaan yang satu ini mendapat perlakuan lain dari masyarakat?
Penyebabnya
adalah pada bertemunya beberapa momentum dalam satu kejadian. Ibarat bom,
Tragedi Tugu Tani adalah racikan bom sempurna dari berbagai unsur yang akan
menghasilkan daya ledak maksimal. Kecelakaan Tugu Tani adalah kejadian langka
seperti gerhana matahari total. Peristiwa gerhana matahari memerlukan kondisi
langka berupa terjadinya posisi matahari, bulan dan bumi berada dalam satu
garis lurus.
Ini
juga yang terjadi pada peristiwa Tragedi Tugu Tani. Coba kita lihat semua pihak
/ hal yang terlibat dalam kecelakaan maut itu.
1.
Sopir : Dalam kasus ini sopir adalah seseorang yang diduga baru saja melakukan
tindakan kriminal berupa pesta sabu-sabu.
2.
Reaksi sopir : Sopir memberikan reaksi yang sangat tidak simpati. Bukannya
tampak sedih menyesali tragedi itu tetapi malahan marah-marah menyalahkan orang
sekitar dan masih sempat bbm-an.
3.
Kendaraan : Dari hasil pemeriksaan polisi kondisi kendaraan yang digunakan
dalam keadaan laik jalan. Kenyataannya sopir tidak memiliki SIM dan mobilnya pun
tidak dilengkapi STNK.
4.
Korban : Korban kebanyakan adalah anak-anak. Siapapun akan langsung ikut
bersedih dan terbayang jika anak mereka ikut menjadi korban. Empati masyarakat
langsung terbangun.
5.
Kegiatan : Kegiatan yang sedang dilakukan oleh para korban adalah hal-hal
positif yang seharusnya tidak mendatangkan potensi bahaya. Apalagi sampai
berujung maut. Seperti kita ketahui dari media bahwa para korban sebagian ada
yang sedang bertamasya dan sebagian lagi akan bermain futsal.
6.
Lokasi : Lokasi kejadian terjadi di tempat yang secara teori kemungkinannya
kecil sebagai tempat kecelakaan maut. Jalan Ridwan Rais sehari-hari adalah
jalan yang sangat padat. Rupanya masa liburan yang cukup panjang membuat
jalanan ibukota sepi sehingga seorang sopir yang tengah dalam pengaruh narkoba dapat
melaju kencang.
Keenam
kejadian itu membuat masyarakat marah. Karena dalam peristiwa tersebut tidak
ada hal positif dari pihak penabrak dan tidak ada satupun hal yang sifatnya
negatif berasal dari para korban. Boleh di kata kecelakaan itu 100% murni kesalahan
sopir.
Emosi
masyarakat tidak akan luar biasa jika saja keenam unsur tersebut tidak
terpenuhi salah satunya.
Misalnya:
1.
Sopir: Sopir ternyata baru pulang dari kegiatan keagamaan atau berolahraga atau
dia adalah seorang sopir yang sedang mencari nafkah.
2.
Reaksi sopir : Sopir setelah kejadian kemudian kelihatan trauma dan menangis
menyesali kejadian.
3.
Kendaraan : Sopir sudah dilengkapi surat menyurat dan kecelakaan terjadi karena
kesalahan kendaraan. Misalnya pecah ban/rem blong.
4/5.
Korban : Korban adalah orang-orang yang sedang kebut-kebutan dengan sepeda
motor atau orang sedang tawuran.
6.
Lokasi : Kejadian terjadi di daerah yang rawan kecelakaan seperti jalanan yang
terjal, jalanan rusak, dan lain-lain.
Jadi
kesimpulannya adalah : Tragedi Tugu Tani merupakan “Kejadian Yang Salah, Oleh
Orang Yang Salah, Pada Waktu Yang Salah, Di Tempat Yang Salah”
.