DISAJIKAN
SEBAGAI TUGAS AKHIR MATA KULIAH EKOLOGI PANGAN & GIZI
KATA PENGANTAR
Puji
syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya, sehingga saya berhasil menyelesaikan Makalah yang berjudul “RASA
MANISNYA TAK SEMANIS AKIBATNYA” ini tepat pada waktunya.
Makalah
ini berisikan tentang informasi mengenai pengertian, jenis-jenis, serta
dampak/akibat dari pemanis buatan. Diharapkan Makalah ini dapat
memberikan informasi kepada kita semua tentang dampak/akibat dari pemanis
buatan, sehingga kita semua dapat lebih waspada dalam memilih makanan/minuman
yang akan dikonsumsi.
Saya
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir
kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Kendari,
Desember 2012
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR
ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang..............................................................................................................1
b. Rumusan Masalah..........................................................................................................3
c. Tujuan............................................................................................................3
a. Latar Belakang..............................................................................................................1
b. Rumusan Masalah..........................................................................................................3
c. Tujuan............................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
a. Pengertian Pemanis Sintetis...........................................................................................4
b. Jenis-Jenis Pemanis Sintetis..........................................................................................5
c. Fungsi pemanis sintetis................................................................................................13
d. Dampak Positif dan Negatif Pemanis Sintetis.............................................................13
e. Dampak yang timbul jika mengonsumsi pemanis sintetis secara berlebihan..............14
a. Pengertian Pemanis Sintetis...........................................................................................4
b. Jenis-Jenis Pemanis Sintetis..........................................................................................5
c. Fungsi pemanis sintetis................................................................................................13
d. Dampak Positif dan Negatif Pemanis Sintetis.............................................................13
e. Dampak yang timbul jika mengonsumsi pemanis sintetis secara berlebihan..............14
BAB III PENUTUP
a. Kesimpulan........................................................................................................15
b. Saran.................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................17
a. Kesimpulan........................................................................................................15
b. Saran.................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Konsumsi gula dunia cenderung
meningkat sejalan perkembangan populasi dan peningkatan taraf hidup terutama di
negara-negara maju. Di lain pihak, dengan alasan kesehatan, konsumen berusaha
mencari pemanis yang tidak menghasilkan kalori agar mereka tetap dapat
menikmati rasa manis tanpa takut menjadi gemuk atau menimbulkan respon glikemik
(peningkatan kadar gula darah). Industri pangan dan farmasi berlomba-lomba
menciptakan pemanis-pemanis sintetik bebas kalori. Pemanis yang dihasilkan
nantinya diharapkan dapat mengganti sukrosa (gula tebu), glukosa atau gula-gula
lain yang berkalori tinggi, mendukung usaha konsumen untuk mengontrol berat
badan, menekan kadar glukosa darah, mengurangi sedapat mungkin karies gigi yang
diakibatkan konsumsi gula, akan tetapi tetap dapat menikmati rasa manis (widodo,2008).
Pemanis merupakan senyawa kimia yang
sering ditambahkan dan digunakan untuk keperluan produk olahan pangan, industri
serta minuman dan makanan kesehatan. Menurut peraturan Menteri Kesehatan
(Menkes) RI Nomor 235, pemanis termasuk ke dalam bahan tambahan kimia, selain
zat lain seperti antioksidan, pemutih, pengawet, pewarna, dan lain-lain.
Pemanis alternatif umum digunakan sebagai pengganti gula jenis sukrosa, glukosa
atau fruktosa. Ketiga jenis gula tersebut merupakan pemanis utama yang sering
digunakan dalam berbagai industri. Pemanis berfungsi untuk meningkatkan cita
rasa dan aroma, memperbaiki sifat-sifat fisik, sebagai pengawet, memperbaiki
sifat-sifat kimia sekaligus merupakan sumber kalori bagi tubuh.
Pemanis sintetis merupakan pemanis
yang dihasilkan melalui proses kimia. Pada dasarnya pemanis sintetis merupakan
senyawa yang secara substansial memiliki tingkat kemanisan lebih tinggi, yaitu
berkisar antara 30 sampai dengan ribuan kali lebih manis dibandingkan sukrosa.
Karena tingkat kemanisannya yang tinggi, penggunaan pemanis sintetis dalam
produk pangan hanya dibutuhkan dalam jumlah kecil sehingga dapat dikatakan
rendah kalori atau tidak mengandung kalori. Selain itu penggunaan pemanis
sintetis untuk memproduksi makanan jauh lebih murah dibanding penggunaan
sukrosa. Seperti yang telah diketahui, sukrosa sebagai bahan pemanis alamiah
memiliki kandungan kalori yang cukup tinggi, yaitu sebesar 251 kal dalam 100
gram bahan. (Usmiati dan Yuliani, 2004). Konsumsi makanan dan minuman dengan
kandungan gula tinggi secara berlebihan dan tanpa diimbangi dengan asupan gizi
lain dapat menimbulkan gangguan metabolisme dalam tubuh, dimana kalori berubah
menjadi lemak sehingga menyebabkan gangguan kesehatan (Usmiati dan
Yuliani,2004). Kondisi ini menjadikan penggunaan sukrosa atau yang lebih
dikenal dengan gula sebagai bahan pemanis utama semakin tergeser.
Penggunaan pemanis sintetis yang
semula hanya ditujukan pada produk-produk khusus bagi penderita diabetes, saat
ini penggunaannya semakin meluas pada berbagai produk pangan secara umum.
Beberapa pemanis buatan bahkan tersedia untuk dapat langsung digunakan atau
ditambahkan langsung oleh konsumen kedalam makanan atau minuman sebagai
pengganti gula. Propaganda mengenai penggunaan pemanis buatan umumnya dikaitkan
dengan isu-isu kesehatan seperti : pengaturan berat badan, pencegahan kerusakan
gigi, dan bagi penderita diabetes dinyatakan dapat mengontrol peningkatan kadar
glukosa dalam darah. Namun demikian, tidak selamanya penggunaan pemanis buatan
tersebut aman bagi kesehatan.
Pemanis sintetis diperoleh secara
sintetis melalui reaksi-reaksi kimia di laboratorium maupun skala industri.
Karena diperoleh melalui proses sintetis dapat dipastikan bahan tersebut
mengandung senyawa-senyawa sintetis. Penggunaan pemanis sintetis perlu
diwaspadai karena dalam takaran yang berlebih dapat menimbulkan efek samping
yang merugikan kesehatan manusia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa
jenis pemanis sintetis berpotensi menyebabkan tumor dan bersifat karsinogenik.
Oleh karena itu Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO)
telah menetapkan batas-batas yang disebut Acceptable Daily Intake (ADI) atau
kebutuhan per orang per hari, yaitu jumlah yang dapat dikonsumsi tanpa menimbulkan
resiko.Sejalan dengan itu di negara-negara Eropa, Amerika dan juga di Indonesia
telah ditetapkan standar penggunaan pemanis buatan pada produk makanan. Kajian
ini dilakukan untuk mengevaluasi penerapan standar penggunaan jenis pemanis
sintetis dan batas maksimum penggunaannya pada beberapa produk pangan seperti
minuman (beverages), permen/kembang gula, permen karet, serta produk-produk
suplemen kesehatan.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Apa
pengertian pemanis sintetis ?
2.
Apa
saja jenis-jenis pemanis sintetis ?
3.
Apakah
fungsi dari berbagai pemanis ?
4.
Apa
dampak positif dan negatif dari berbagai jenis pemanis ?
5.
Apa
saja akibat yang timbul jika kita mengkonsumsi bahan pemanis buatan secara
berlebihan ?
C.
TUJUAN
1.
Mengetahui
pengertian pemanis sintetis.
2.
Mengetahui
jenis-jenis pemanis sintetis.
3.
Mengetahui
fungsi dari berbagai macam pemanis.
4.
Mengetahui
dampak positif dan negatif dari berbagai jenis pemanis.
5.
Mengetahui
akibat yang timbul jika kita mengkonsumsi bahan pemanis sintetis secara
berlebihan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN PEMANIS SINTETIS
Pemanis
sintetis adalah zat tambahan dalam makanan yang dapat menimbulkan rasa manis
atau dapat membantu mempertajam penerimaan rasa manis yang tidak atau hampir
tidak mempunyai nilai gizi, sedangkan kalori yang dihasilkan jauh lebih rendah
dari gula.
Pemanis sintetis tidak dapat dicerna
oleh tubuh manusia sehingga tidak berfungsi sebagai sumber energi. Pemanis
buatan memiliki tingkat kemanisan yang lebih tinggi dibandingkan pemanis alami.
KRITERIA PEMANIS SINTETIK
Suatu senyawa untuk dapat digunakan
sebagai pemanis harus berasa manis dan memenuhi beberapa kriteria tertentu,
antara lain :
- Secara fisik (bentuk), pemanis
sintetik tidak berwarna, tidak berbau, dan memiliki rasa manis yang sama dengan
gula, namun rasa manisnya tidak tahan lama.
- Secara kimia, pemanis sintetik
harus dapat larut dalam air dan mudah dipadukan dengan berbagai senyawa kimia.
Jika diolah dalam teknologi tinggi, pemanis sintetik/buatan akan tahan dengan
suhu tinggi (pemanasan, penggorengan, perebusan, pemanggangan), dan suhu rendah
(pendinginan, pembekuan). Selain itu, juga tahan terhadap asam dan cahaya.
- Pemanis sintetik harus tidak
beracun, dapat dicerna dengan baik oleh tubuh dan dapat dikeluarkan dengan baik
oleh tubuh secara utuh sehingga tidak menimbulkan efek samping serta tidak
berpengaruh terhadap metabolisme, gula darah, dan organ tubuh manusia.
- Larut dan stabil dalam kisaran pH
yang luas.
- Stabil pada kisaran suhu yang
luas.
- Tidak mempunyai side atau
after-taste.
- Murah, setidak-tidaknya tidak
melebihi harga gula (Widodo, 2008).
B.
JENIS-JENIS
PEMANIS SINTETIK
Penetapan jenis pemanis yang diijinkan
dan batas ADI di Indonesia lebih mengacu peraturan yang dikeluarkan oleh US
Food and Drug Administration (FDA) atau Codex Alimentarius Commission (CAC).
Pertimbangannya adalah bahwa kategori pangan sistem CAC telah dikenal dan
digunakan sebagai acuan oleh banyak negara dalam komunikasi perdagangannya.
Banyak aspek yang dijadikan pertimbangan dalam menentukan jenis pemanis buatan
yang diijinkan untuk digunakan dalam produk makanan, antara lain nilai kalori,
tingkat kemanisan, sifat toksik, pengaruhnya terhadap metabolisme, gula darah,
dan organ tubuh manusia. Beberapa contoh pemanis sintetis:
1. Sakarin.
Sakarin sebagai pemanis buatan
biasanya dalam bentuk garam berupa kalsium, kalium, dan natrium sakarin dengan
rumus kimia C14H8CaN2O6S2.3H2O, C7H4KNO3S.2H2O dan C7H4NaNO3S.2H2O. Sakarin,
yang merupakan pemanis tertua, termasuk pemanis yang sangat penting perannya
dan biasanya dijual dalam bentuk garam Na atau Ca. Tingkat kemanisan sakarin
adalah 300 kali lebih manis daripada gula. Karena tidak mempunyai nilai kalori,
sakarin sangat populer digunakan sebagai pemanis makanan diet, baik bagi
penderita diabetes maupun untuk pasien lain dengan diet rendah kalori. Pada
konsentrasi yang tinggi, sakarin mempunyai after-taste yang pahit. Meskipun
hasil pengujian pada hewan percobaan menunjukkan kecenderungan bahwa sakarin
menimbulkan efek karsinogenik, tetapi hal ini belum dapat dibuktikan pada
manusia. Oleh karena itu, sakarin sampai saat ini masih diijinkan penggunaannya
di hampir semua negara.
2. Siklamat.
Siklamat atau
cyclohexylsulfamic acid(C6H13NO3S) merupakan pemanis non-nutritif lainnya yang
tidak kalah populer. Tingkat kemanisan siklamat adalah 30 kali lebih manis
daripada gula dan siklamat tidak memberikan after-taste seperti halnya sakarin.
Meskipun demikian, rasa manis yang dihasilkan oleh siklamat tidak terlalu baik
(smooth) jika dibandingkan dengan sakarin. Siklamat diperjual belikan dalam
bentuk garam Na atau Ca-nya. Siklamat dilarang penggunaannya di Amerika
serikat, Kanada, dan Inggris sejak tahun 1970-an karena produk degradasinya
(sikloheksil amina) bersifat karsinogenik. Meskipun demikian, penelitian yang
mendasari pelarangan penggunaan siklamat banyak mendapat kritik karena silamat
digunakan pada tingkat yang sangat tinggi dan tidak mungkin terjadi dalam
praktek sehari-hari. Oleh karena itu, FAO/WHO masih memasukkan siklamat sebagai
BTM yang diperbolehkan.
3. Aspartam.
Aspartam atau Aspartil fenilalanin
metil ester (APM) dengan rumus kimia C14H18N2O5 atau 3-amino-N
(α-carbomethoxy-phenethyl) succinamic acid,
N-L-α-aspartyl-Lphenylalanine-1-methyl ester merupakan senyawa yang tidak
berbau, berbentuk tepung kristal berwarna putih, sedikit larut dalam air, dan
berasa manis, pemanis baru yang penggunaannya diijinkan pad tahun 1980-an untuk
produk-produk minuman ringan dan campuran kering (dry mixtures). Aspartam
merupakan pemanis yang mempunyai nilai kalori karena pada dasarnya aspartam
merupakan dipeptida. Meskipun demikian, kemanisannya yang tinggi (200 kali
kemanisan sukrosa) maka hanya ditambahkan dalam jumlah yang sangat kecil
sehingga nilai kalorinya dapat diabaikan. Aspartam sangat disukai karena rasa manis
yang dihasilkannya sangat mirip dengan gula. Karena merupakan dipeptida,
aspartam mudah terhidrolisis, mudah mengalami reaksi kimia yantg biasa terjadi
pada komponen pangan lainnya dan mungkin terdegradasi oleh mikroba. Hal
tersebut tentunya merupakan limitasi penggunaan aspartam pada produk-produk
pangan dengan kadar air yang tinggi. Jika mengalami hidrolisis, aspartam akan
kehilangan rasa manisnya. Di dalam makanan, aspartam dapat mengalami kondensasi
intramolekuler menghasilkan diketo piperazin. Reaksi ini terjadi terutama pada
kondisi pH netral sampai basa karena gugus amina yang tidak terprotonasi lebih
tersedia untuk reaksi tersebut. Pada pH basa, gugus amina juga dapat dengan
cepat bereaksi dengan gugus karbonil dari gula maupun vanilin. Oleh karena itu,
setelah bereaksi dengan gula, aspartam dapat kehilangan rasa manisnya dan
setetalh bereaksi dengan vanilin, vanila kehilangan aroma khasnya.
Produk-produk yang dimaniskan dengan aspartam harus diberi label yang jelas,
terutama tentang kandungan fenilalaninnya yang dipantang oleh penderita
kelainan fenilketonuria.
4.
Acesulfame-K.
Acesulfame-K dengan rumus kimia
(C4H4KNO4S) atau garam kalium dari
6-methyl-1,2,3-oxathiazin-4(3H)-one-2,2dioxide atau garam Kalium dari
3,4-dihydro-6-methyl-1,2,3-oxathiazin-4-one-2,2 di- oxidemerupakan senyawa yang
tidak berbau, berbentuk tepung kristal berwarna putih, mudah larut dalam air
dan berasa manis dengan tingkat kemanisan relatif sebesar 200 kali tingkat
kemanisan sukrosa tetapi tidak berkalori. Asesulfam K adalah asam asetoasetat
dan asam sulfamat yang berada dalam bentuk garam kalsiumnya. Tingkat kemanisan
asesulfam adalah 200 kali lebih manis daripada sukrosa dan mutu kemanisannya
berada di antara sakarin dan siklamat. Pengujian yang lama dan teliti telah membuktikan
bahwa asesulfam K tidak berbahaya bagi manusia dan stabilitasnya selama
pengolahan sangat baik. Asesulfam K dapat disintesis dengan harga yang relatip
murah dan dengan perolehan yang sangat murni.
5. Alitam.
Alitam dengan rumus kimia C14H25N3O4S2,5H2O
atau L-α-Aspartil-N-[2,2,4,4-tetrametil-3-trietanil]-D-alanin amida, hidrat,
merupakansenyawa yang disintesis dari asam amino L asamaspartat, D-alanin, dan
senyawaamida yang disintesis dari 2,2,4,4-tetrametiltienanilamin. Alitam dapat
dicerna olehenzim dalam saluran pencernaan dandiserap oleh usus berkisar antara
78-93 %dan dihidrolisis menjadi asam aspartat danalanin amida. Sedangkan sisa
alitam yang dikonsumsi yaitu sebanyak 7-22%dikeluarkan melalui feses. Asam
aspartat hasil hidrolisis selanjutnya dimetabolisme oleh tubuh dan alanin amida
dikeluarkan melalui urin sebagai isomer sulfoksida,sulfon, atau terkonjugasi
dengan asam glukoronat. Oleh karena itu, Calorie Control Council (CCC)
menyebutkan alitam aman dikonsumsi manusia. Beberapa negara seperti Australia,
New Zealand, Meksiko,dan RRC telah mengijinkan penggunaan alitam sebagai
pemanis untuk berbagai produk pangan. Meskipun telah dinyatakan aman oleh CAC,
Alitam belum diijinkan penggunaannya di Eropa.
6. Neotam.
Neotam dengan rumus kimia
C20H30N2O5atau L-phenylalanine,
N-[N-(3,3-dimethylbutyl)-L-α-aspartyl]-L-phenylalanine1-methyl ester merupakan
senyawa yang bersih, berbentuk tepung kristal berwarna putih, penegas cita-rasa
yang unik dan memiliki tingkat kelarutan dalam air sama dengan aspartam. Neotam
termasuk pemanis non-nutritif yaitu tidak memiliki nilaikalori. Penggunaan
neotam dalam produk pangan dapat dilakukan secara tunggal maupun kombinasi
dengan pemanis lain seperti aspartam, garam acesulfame,siklamat, sukralosa, dan
sakarin. Neotam dapat berfungsi sebagai penegas cita rasa terutama cita rasa
buah. Kajian digestive memperlihatkan bahwa neotam terurai secara cepat dan
dibuang sempurna tanpa akumulasi oleh tubuh melalui metabolisme normal. Hasil
kajian komprehensif penggunaan neotam pada binatang dan manusia termasuk
anak-anak, wanita hamil,penderita diabetes memperlihatkan bahwa neotam aman
dikonsumsi manusia.
7. Sukralosa.
Sukralosa adalah triklorodisakarida
yaitu 1,6 - Dichloro - 1,6 - dideoxy - ß - D -fructofuranosyl - 4 - chloro - 4 -
deoxy - α - D - galactopyranoside atau 4 , 1 , 6 trichlorogalactosucrose dengan
rumus kimia C12H19Cl3O8 merupakan senyawa berbentuk kristal berwarna putih,
tidak berbau, mudah larut dalam air, methanol dan alcohol, sedikit larut dalam etilasetat,
serta berasa manis tanpa purna rasa yang tidak diinginkan. Sukralosa tidak
digunakan sebagai sumber energi oleh tubuh karena tidak terurai sebagaimana
halnya dengan sukrosa. Sukralosa tidak dapat dicerna, dan langsung dikeluarkan
oleh tubuh tanpa perubahan. Hal tersebut menempatkan sukralosa dalam golongan
Generally Recognized as Safe (GRAS),sehingga aman dikonsumsi wanita hamil dan
menyusui serta anak-anak segala usia. Sukralosa teruji tidak menyebabkan karies
gigi, perubahan genetik, cacat bawaan, dan kanker. Selanjutnya sukralosa tidak
pula berpengaruh terhadap perubahan genetik, metabolisme karbohidrat,
reproduksi pria dan wanita serta terhadap sistem kekebalan. Oleh karena itu,
maka sukralosa sangat bermanfaat sebagai pengganti gula bagi penderita diabetes
baik tipe I maupun II.
8.
Sorbitol.
Sorbitol adalah suatu poliol
(alkohol gula), bahan pemanis yang ditemukan dalam berbagai produk makanan.
Rumus kimiawi C6H14O6, struktur molekulnya mirip dengan glukosa, hanya gugus
aldehide pada glukosa diganti menjadi gugus alkohol. Kemanisan sorbitol sekitar
60% dari kemanisan sukrosa (gula tebu) dengan ukuran kalori sekitar
sepertiganya. Rasanya lembut di mulut dengan rasa manis yang menyenangkan dan
dingin.Sorbitol bersifat non-kariogenik (tidak menyebabkan kanker) dan dapat
berguna bagi orang-orang penderita diabetes (kencing manis). Telah terbukti
aman digunakan dalam proses industri makanan untuk hampir separuh suatu abad.
Sorbitol digunakan pada produk lain seperti yang berkenaan dengan farmasi dan
kosmetik. Sekarang ini sorbitol secara komersial diproduksi dari hidrogenasi
glukosa dan tersedia dalam bentuk kristal maupun cairan. Sorbitol digunakan
sebagai suatu humektan (pelembab) pada berbagai jenis produk sebagai pelindung
melawan hilangnya kandungan moisture. Dengan sifat tekstur dan kemampuan untuk
menstabilisasi kelembaban, sorbitol banyak digunakan untuk produksi permen,
roti dan cokelat dan produk yang dihasilkan cenderung menjadi kering atau
mengeraskan. Secara kimiawi sorbitol sangat tidak reaktif dan stabil. Sorbitol
dapat berada pada suhu tinggi dan tidak mengalami reaksi Maillard
(pencokelatan). Sehingga pada produksi kue berwarna segar, tidak ada penampilan
warna cokelatnya. Juga berkombinasi baik dengan ramuan makanan lain seperti gula,
jelly, lemak sayuran dan protein. Sorbitol sebagai pengendalian glukosa darah,
lemak dan berat badan karena secara kimiawi sorbitol lamban diserap oleh
metabolisme tubuh, sehingga ketika digunakan, kenaikan glukosa darah dan respon
insulin yang berhubungan dengan proses pencernaan glukosa terkurangi. Nilai
kalori yang rendah (2.6 kalories/gram bandingkan dengan gula 4.0 kalories/gram)
sangat tepat untuk mengendalikan berat badan. Sorbitol juga sebagai pengganti
gula dapat bermanfaat dalam menyediakan berbagai variasi produk rendah kalori
dan rendah gula serta memberikan pilihan bebas yang lebih luas bagi penderita
diabetes.
9. Isomalt.
Isomalt
merupakan campuran equimolar dari 6-O-α-D-Glucopyranosyl-D-glucitol (GPG)
(GPG- C12H24O11) dan 1-O-α-D-Glucopyranosyl-D-mannitol (GPM) dihydrate
(GPM-C12H24O11.2H2O) mengandung gluko-manitol dan gluko-sorbitol dibuat dari
sukrosa melalui dua tahap proses enzimatik. Perubahan molekuler yang terjadi
dalam proses tersebut menyebabkan isomalt lebih stabil secara kimiawi dan
enzimatik dibandingkan dengan sukrosa. Isomalt berbentuk kristal berwarna
putih, tidak berbau, dan berasa manis dengan tingkat kemanisan relatif sebesar
0,45 sampai dengan 0,65 kali tingkat kemanisan sukrosa. Nilai kalori isomalt sebesar
2 kkal/g atau setara dengan 8,36 kJ/kg. Bahan pengisi (filler), pencita rasa
buah, kopi, dan coklat (flavor enhancer). Isomalt termasuk dalam golongan GRAS
(Generally Recognized As Safe), sehingga aman dikonsumsi manusia, tidak
menyebabkan karies gigi, dan tidak menyebabkan peningkatan kadar gula dalam
darah bagi penderita diabetes tipe I dan II.
10. Laktitol.
Laktitol
dengan rumus kimia C12H24O11 atau 4-O-ß-D-Galactopyranosil-D-glucitol
dihasilkan dengan mereduksi glukosa dari disakarida laktosa. Laktitol tidak
dihidrolisis dengan laktase tetapi dihidrolisis atau diserap di dalam usus
kecil. Laktitol dimetabolisme oleh bakteri dalam usus besar dan diubah menjadi
biomassa, asam-asam organik, karbondioksida (CO2) dan sejumlah kecil gas
hidrogen (H2). Asam-asam organik selanjutnya dimetabolisme menghasilkan kalori.
Laktitol stabil dalam kondisi asam, basa, dan pada kondisi suhu tinggi, tidak
bersifat higroskopis dan memiliki kelarutan serupa glukosa. Laktitol berasa
manis seperti gula tanpa purna rasa (aftertaste) dengan tingkat kemanisan
relatif sebesar 0,3 sampai dengan 0,4 kali tingkat kemanisan sukrosa. Nilai
kalori laktitol sebesar 2 kkal/g atau setara dengan 8,36 kJ/g. Berfungsi
sebagai bahan pengisi (filler). Laktitol termasuk dalam golongan GRAS, sehingga
aman dikonsumsi manusia, tidak menyebabkan karies gigi, dan tidak menyebabkan
peningkatan kadar glukosa dan insulin dalam darah bagi penderita diabetes.
Hasil evaluasi Scientific Committee for Food of European Union pada tahun 1984
menyatakan bahwa konsumsi laktitol sebanyak 20 g/hari dapat mengakibatkan efek
laksatif.
11.
Maltitol.
Maltitol
dengan rumus kimia C12H14O11 atau α-D-Glucopyranosyl-1,4-D-glucitol termasuk
golongan poliol yang dibuat dengan cara hidrogenasi maltosa yang diperoleh dari
hidrolisis pati. Maltitol berbentuk kristal anhydrous dengan tingkat
higroskopisitas rendah, dan suhu leleh, serta stabilitas yang tinggi. Dengan
karakteristik tersebut maltitol dimungkinkan bisa sebagai pengganti sukrosa
dalam pelapisan coklat bermutu tinggi, pembuatan kembang gula, roti coklat, dan
es krim. Maltitol berasa manis seperti gula dengan tingkat kemanisan relatif
sebesar 0,9 kali tingkat kemanisan sukrosa. Nilai kalori laktitol sebesar 2,1
kkal/g atau setara dengan 8,78 kJ/g. Maltitol berfungsi sebagai Pencita rasa
(flavor enhancer), humektan, sekuestran, pembentuk tekstur, penstabil
(stabilizer), dan pengental (thickener) . Maltitol termasuk dalam golongan
GRAS, sehingga aman dikonsumsi manusia, tidak menyebabkan karies gigi, dan
tidak menyebabkan peningkatan kadar glukosa dan insulin dalam darah bagi
penderita diabetes.
12.
Manitol.
Manitol dengan
rumus kimia C6H14O6 atau D-mannitol; 1,2,3,4,5,6-hexane hexol merupakan
monosakarida poliol dengan nama kimiawi Manitol berbentuk kristal berwarna
putih, tidak berbau, larut dalam air, sangat sukar larut di dalam alkohol dan
tidak larut hampir dalam semua pelarut organik. Manitol berasa manis dengan
tingkat kemanisan relatif sebesar 0,5 sampai dengan 0,7 kali tingkat kemanisan
sukrosa. Nilai kalori manitol sebesar 1,6 kkal/g atau 6,69 kJ/g. Fungsi manitol
sebagai pengeras (firming agent), penegas cita rasa (flavor enhancer), pembasah
atau pelumas, pembentuk tekstur, pendebu (dusting agent), penstabil
(stabilizer), dan pengental (thickener).Manitol termasuk dalam golongan GRAS,
sehingga aman dikonsumsi manusia, tidak menyebabkan karies gigi, dan tidak
menyebabkan peningkatan kadar glukosa dan insulin dalam darah bagi penderita
diabetes. Konsumsi manitol sebanyak 20 g/hari akan mengakibatkan efek laksatif.
13. Silitol.
Silitol
dengan rumus kimia C5H12O5 adalah monosakarida poliol (1, 2, 3, 4,
5–Pentahydroxipentane) yang secara alami terdapat dalam beberapa buah dan
sayur. Silitol berupa senyawa yang berbentuk bubuk kristal berwarna putih,
tidak berbau, dan berasa manis. Silitol memiliki tingkat kemanisan relatif sama
dengan tingkat kemanisan sukrosa dengan nilai kalori sebesar 2,4 kkal/g atau
setara dengan 10,03 kJ/g. Silitol termasuk dalam golongan GRAS, sehingga aman
dikonsumsi manusia, tidak menyebabkan karies gigi, menurunkan akumulasi plak
pada gigi, dan merangsang aliran ludah dalam pembersihan dan pencegahan
kerusakan gigi.
14. Leukrosa.
Pemanis leukrosa merupakan hasil sintetis dari
campuran sukrosa dan fruktosa sebanyak 2 persen serta menggunakan enzim
dextranase dari Leuconostoc mesenteroides dan dikembangkan oleh Pfeifer dan
Langen (Jerman).
15. Palatinosa.
Palatinosa
merupakan turunan sukrosa sebagai hasil proses enzimatis. Enzim yang digunakan
adalah x-glukosil transferase dari Protanimobacler rubrum. Palatinosa mempunyai
kemanisan lebih rendah yaitu 0,42 kalinya sukrosa, tetapi mempunyai keuntungan
dengan sifat yang tidak merusak gigi dan kandungan kalori 4 kkal/gram.
16. Palatinit.
Palatinit
pemanis ini merupakan campuran dari 6-O-(x-D-glukopiranosil)-D-manitol dan
6-O-x-D-glukopiranosil)-D-sorbitol dan diproduksi melalui tiga tahap yaitu
hidrogenasi palatinosa, pemurnian, dan rekristalisasi. Pemanis ini sangat cocok
untuk penderita diabetes.
C.
FUNGSI
PEMANIS
Pemanis
berfungsi untuk meningkatkan cita rasa dan aroma, memperbaiki sifat-sifat
fisik, sebagai pengawet, memperbaiki sifat-sifat kimia sekaligus merupakan
sumber kalori bagi tubuh
Tujuan
digunakan bahan pemanis alternatif antara lain untuk: mengembangkan jenis
minuman dan makanan dengan jumlah kalori terkontrol, mengontrol program
pemeliharaan dan penurunan berat badan, mengurangi kerusakan gigi, dan sebagai
bahan substitusi pemanis utama. Selain itu, pemanis alternatif dengan nilai kalori rendah sangat dibutuhkan
untuk penderita diabetes atau gula tinggi sebagai bahan substitusi gula reduksi
lainnya.Tren saat ini menunjukkan adanya penggunaan kombinasi dua jenis pemanis
untuk produk tertentu.
Kombinasi
ternyata menyebabkan sinergi pada tingkat kemanisan, sehingga menguntungkan
karena akan mengurangi pemakaian jumlah pemanis dan meningkatkan cita rasa
produk. Pemilihan penggunaan bahan pemanis alternatif yang baik biasanya
didasarkan pada sifat-sifatnya yang menyerupai sukrosa, yaitu tingkat kemanisan
mendekati sukrosa, tidak berwarna, tidak berbau, mempunyai cita rasa yang
menyenangkan, aman dikonsumsi, mudah larut.
D. DAMPAK BERBAGAI JENIS PEMANIS
SINTETIK
1. Dampak Positif
a. Pemanis dapat di gunakan dalam
berbagai produk makanan dan minuman.
b. Pemanis dapat meningkatkan cita
rasa dan aroma, memperbaiki sifat – sifat fisik, sebagai pengawet, memperbaiki
sifat – sifat kimia.
c. Merupakan salah satu sumber
kalori bagi tubuh.
d. Pemanis buatan dapat membantu
dalam manajemen mengatasi kelebihan berat badan, control glikosa darah dan
kesehatan gigi.
2. Dampak Negatif
Dampak negatif penggunaan pemanis sintetis, yaitu :
a. Pemanis sintetis dipasarkan
sebagai satu produk diet, tapi ini sama sekali bukanlah produk untuk diet.
Kenyataannya, ini dapat menyebabkan berat tubuh bertambah karena dapat membuat
kecanduan karbohidrat.Membuat berat tubuh Anda bertambah hanyalah sebuah hal
kecil yang dapat dilakukan oleh pemanis sintetis
b. Pemanis sintetis adalah bahan
kimia beracun yang dapat merubah kimiawi pada otak dan sungguh mematikan bagi
orang yang menderita parkinson.
c. Bagi penderita diabetes,
hati-hatilah bila mengkonsumsi untuk jangka waktu lama atas produk yang
mengandung pemanis dengan kadar gula tinggi karena dapat menyebabkan koma,
bahkan meninggal.
E. BAHAYA/AKIBAT YANG DITIMBULKAN
Apabila pemanis buatan ini dikonsumsi secara berlebihan akan berdampak buruk
pada tubuh, seperti:
- Penggunaan
sakarin dan siklamat secara berlebihan menyebabkan kanker kandung
kemih, migrain, tremor, kehilangan daya ingat, bingung, insomnia, iritasi,
asma, hipertensi, diare, sakit perut, alergi, impotensi, gangguan
seksual, kebotakan dan kanker otak.
- Penggunaan
aspartam yang berlebihan menyebabkan lupus, yaitu pengerasan pada otak
atau pengerasan pada sumsum tulang belakang. Hal ini terjadi karena
aspartam merubah bahan kimiawi yang ada di otak. Aspartam juga dapat
menyebabkan kanker dan leukimia, hal ini akibat penumpukan fenilalanin
menjadi tirosin pada jaringan syaraf
3. Kerusakan otak yang berakibat cacat
mental
4. Kanker payudara
5. Antropi (terjadinya pengecilan
testikular dan kerusakan kromosom)
BAB III
PENUTUP
1.
KESIMPULAN
v Pemanis sintetis adalah zat tambahan
dalam makanan yang dapat menimbulkan rasa manis atau dapat membantu mempertajam
penerimaan rasa manis. Pemanis sintetis adalah pemanis yang dihasilkan melalui
proses kimiawi.
v Pemanis berfungsi untuk meningkatkan
cita rasa dan aroma, memperbaiki sifat –sifat fisik, sebagai pengawet,
memperbaiki sifat – sifat kimia, sebagai salah satu sumber kalori bagi tubuh.
v Pemanis sintetis yang dikenal ada 16
jenis, yaitu sakarin, Siklamat, Aspartam, Acesulfame-K, Alitam, neotam, sukralosa, sorbitol, isomalt, laktitol, maltitol, manitol, silitol, leukrosa, palatinosa dan
palatinit.
v Penggunaan bahan pemanis buatan yang
berlebihan dapat menimbulkan berbagai gangguan pada tubuh. Hal ini dikarenakan
zat-zat yang terkandung dalam bahan pemanis buatan dapat mengganggu sistem
kerja tubuh, sehingga menyebabkan berbagai penyakit. Misalnya saja sakarin dan
siklamat, jika dikonsumsi secara berlebihan maka akan menyebabkan kanker
kandung kemih, migrain, tremor, kehilangan daya ingat, bingung, insomnia,
iritasi, asma, hipertensi, diare, sakit perut, alergi, impotensi,
gangguan seksual, kebotakan dan kanker otak. Sebenarnya penggunaan bahan
pemanis alami yang berlebihan pun juga dapat menimbulkan beberapa gangguan
kesehatan, misalnya diabetes dan obesitas. Sehingga dapat di simpulkan bahwa
penggunaan bahan pemanis alami maupun buatan tidak akan berdampak buruk pada
tubuh kita asalkan kita mengkonsumsinya sesuai dengan aturan yang telah
ditentukan.
2.
SARAN
v
Untuk
masyarakat, lebih bijak dan berhati-hatilah dalam memilih makanan ataupun
minuman, terutama makanan dan minuman instan. Karena kita sendiri yang lebih
mengetahui mana yangterbaik bagi tubuh dan kesehatan kita. Sebaiknya jangan
berlebihan dalam mengkonsumsi baik pemanis sintesis maupun alami.
v
Untuk
produsen makanan dan minuman, perhatikan penggunaan bahan pemanis buatan dalam
setiap produk yang dibuat. Gunakan bahan pemanis buatan sesuai porsinya, jangan
melebihi batas rata-rata yang telah ditentukan. Jangan hanya memikirkan
keuntungan semata, kesehatan dan kepuasan konsumen jauh lebih penting.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar